Tipe – tipe Kelompok Sosial :
In – Group dan Out – Group
Dalam proses sosialisasi kelompok sosial merupakan tempat dimana individu mengidentifikasikan dirinya sebagai in-groupnya. Jelas bahwa apabila suatu kelompok sosial merupakan “in-group” atau tidak bersifat relatif dan tergantung pada situasi – situasi sosial yang tertentu. Sedangkan Out-group diartikan oleh individu sebagai kelompok yang menjadi lawan in-groupnya. Sikap – sikap in-group pada umumnya didasarkan pada faktor simpati dan selalu mempunyai perasaan dekat dengan anggota – anggota kelompok.
Sikap out-group selalu ditandai dengan suatu kelainan yang berwujud antagonisme atau antipati. Perasaan in-group dan out-group atau perasaan dalam serta luar kelompok dapat merupakan dasar suatu sikap yang dinamakan etnosentrisme. Kecenderungan untuk menganggap bahwa segala sesuatu yang termasuk dalam kebiasaan – kebiasaan kelompoknya sendiri sebagai sesuatu yang terbaik apabila dibandingkan dengan kebiasaan – kebiasaan kelompok lainnya. Kecenderungan tadi disebut dengan etnosentrisme, yaitu sikap untuk menilai unsur – unsur kebudayaan lain dengan mempergunakan ukuran – ukuran kebudayaan sendiri.
Di dalam proses tersebut sering kali digunakan stereotip, yakni gambaran atau anggapan – anggapan yang bersifat mengejek terhadap suatu objek tertentu. Keadaan demikian sering kali dijumpai dalam sikap suatu kelompok etnis terhadap etnis lainnya misalnya golongan orang – orang berkulit putih terhadap orang – orang Negro di Amerika Serikat.
In – group dan out – group dapat dijumpai di semua masyarakat, walaupun kepentingan – kepentingannya tidak selalu sama. Dalam masyarakat – masyarakat yang bersahaja mungkin jumlahnya tidak begitu banyak apabila dibandingkan dengan masyarakat – masyarakat yang sudah kompleks, walaupun dalam masyarakat – masyarakat yang sederhana tadi pembedaan – pembedaannya tak begitu tampak dengan jelas. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa setiap kelompok sosial, merupakan in – group bagi anggotanya. Konsep tersebut dapat diterapkan, baik terhadap kelompok – kelompok sosial yang relatif kecil sampai yang terbesar selama pa anggotanya mengadakan identifikasi dengan kelompoknya.
Primer dan Sekunder
Dalam klasifikasi kelompok sosial, pembedaan yang luas dan fundamental merupakan pembedaan antara kelompok – kelompok kecil dimana hubungan antara anggota – anggotanya rapat sekali disuatu pihak, dengan kelompok – kelompok yang lebih besar di pihak lain. Charles Horton Cooley mengemukakan perbedaan antara kelompok primer dengan kelompok sekunder yang ditulis dalam Social Organization pada 1909.
Menurut Cooley, kelompok primer adalah kelompok – kelompok yang ditandai dengan ciri – ciri kenal - mengenal anatara anggota – anggotanya serta kerjasama erat yang bersifat pribadi. Sebagai salah satu hasil hubungan yang erat dan bersifat pribadi tadi adalah peleburan individu – individu dalam kelompok – kelompok sehingga tujuan individu menjadi juga tujuan kelompok. Dari apa yang dikemukakan oleh Cooley, dua hal yang penting, yaitu pertama – tama bahwa dia bermaksud untuk menunjukkan pada suatu kelas yang terdiri dari kelompok – kelompok yang kongkret seperti misalnya keluarga, rukun warga, dll. Hal kedua adalah istilah saling mengenal dimana Cooley terutama menekankan pada sifat hubungan antar individu seperti simpati dan kerjasama yang spontan. Kelompok – kelompok tersebut mempunyai makna utama dalam pelbagai arti.
Hasil hubungan timbal – balik antara anggota – anggota kelompok tersebut secara psikologis merupakan peleburan individu dengan cita – citanya masing – masing sehiungga tujuan dan cita – cita kelompok. Lagi pula secara mutlak tak dapa dikatakan bahwa anggota suatu kelompok kecil selalu saling kenal – mengenal ( face-to-face relation ).
Paguyuban dan Patembayan
Buah pikiran tentang paguyuban (gemeinschaft) dan patembayan (gesellschaft) dikemukakan oleh Ferdinand Tonnies. Hubungan – hubungan positif antara manusia selalu bersifat gemeinschaftlich atau gesellschaftlich.
Paguyuban merupakan bentuk kehidupan bersama di mana anggota – anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang memang telah dikodratkan. Kehidupan tersebut dinamakan juga bersifat nyata dan organis, sebagaimana dapt dimpamakan dengan organ tubuh manusia atau hewan. Bentuk paguyuban terutama akan dapat dijumpai di dalam keluarga, kelompok kerabatan, rukun tetangga dan lain sebagainya.
Menurut Tonnies suatu paguyuban mempunyai beberapa ciri pokok, yaitu sebagai berikut.
Intimate, yaitu hubungan menyeluruh yang mesra.
Private, yaitu hubungan yang bersifat pribadi, khusus untuk bebetapa orang saja.
Exclusive, yaitu hubungan tersebut hanyalah untuk “kita” saja dan tidak untuk orang – orang lain di luar “kita”.
Tiga tipe paguyuban, yaitu sebagai berikut :
1. Paguyuban karena ikatan darah (gemeinschaft by blood)
2. Paguyuban karena tempat (gemeinschaft by place)
3. Paguyuban dengan jiwa – pikiran (gemeinschaft by mind)
Sebaliknya, patembayan merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka (imaginary) serta strukturnya bersifat mekanis sebagaimana dapat diumpamakan dengan sebuah mesin. Bentuk gesellschaft terutama terdapat di dalam hubungan perjanjian yang berdasarkan ikatan timbal – balik, misalnya ikatan antara pedagan, organisasi dalam suatu pabrik dan lain sebagainya.
Sebagai analisis selanjutnya, dapatlah diperbandingkan antara keompok primer serta kelompok sekunder di satu pihak dengan paguyuban, serta patembayan di lain pihak. Baik Tonnies maupun Cooley terpengaruh oleh aliran romantik yang menidam – idamkan kehidupan bersama yang rukun dan yang damai sebagaimana dapat dijumpai pada masyarakat – masyarakat yang masih bersahaja.
Mereka prihatin melihat masyarakat modern telah goyah dan pudar sehingga mereka menggambarkan masyarakat sederhana sebagai bentuk ideal yang serlalu dilebih – lebihkan.
Cooley lebih mementingkan asas kerukunan dan saling mengenal antara perseorangan. Tonnies lebih mementingkan kaidah – kaidah dalam kelompok – kelompok sosial sehingga di dalam suatu paguyuban misalnya dapat timbul keompok primer maupun kelompok sekunder secara berdampingan.
Formal Group dan Informal Group
Kalau suatu organisasi sudah dibentuk, ia diasumsikan akan merupakan suatu identitas tersendiri yang khusus. Apabila beberapa kelompok saling berhubungan, maka terjadi perkembangan organisasi sosial, walaupun tidak semua kolektivitas menjadi organisasi formal.
Kriteria rumusan organisasi formal atau formal group merupakan keberadaan tata cara untuk memobilisasikan dan mengkoordinasikan usaha – usaha, yang mencapai tujuan berdasarkan bagian – bagian organisasi yang bersifat spesialisasi. Apabiila hubungan – hubungan antar anggota formal group dan semua kegiatan didasarkan pada aturan – aturan yang sebelumnya sudah ditentukan, tidak senua masalah dapat ditanggulangi. Proses interaksi sosial dan kegiatan –kegiatan dalam organisasi tidak mungkin semua dapat ditegakkan. Organisasi biasanya ditegakkan pada landasan mekanisme administrasi.
Informal group tidak mempunyai struktur dan organisasi tertentu atau pasti. Kelompok – kelompok tersebut biasanya terbentuk karena pertemuan – pertemuan yang berulang kali dan itu menjadi dasar bagi betemunya kepentingan – kepentingan dan pengalama yang sama.
Membership Group dan Reference Group
Perbedaan antara membership group dengan reference group berasal dari Robert K. Merton. Membership group merupakan kelompok di mana setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut. Batas – batas yang dipakai untuk menentukan keanggotan seseorang pada suatu kelompok secara fisik tidak dapat dilakukan secara mutlak. Perbedaan derajat interaksi membentuk kelompok – kelompok tersendiri. Ini terjadi karena faktor – faktor kepentingan yang sama.
Sedangkan reference group ialah kelompok – kelompok ssial yang menjadi acuan bagi seseorang ( bukan anggota kelompok tersebut ) untuk membentuk pribadi dan prilakunya.
Perbedaan antara bekas anggota dengan mereka yang bukan anggota merupakan hal yang penting karena kenyataan bahwa pada umumnya bekas – bekas anggota tidak akan mau menganggap bekas kelomppoknya sebagai reference groupnya karena pada umumnya pnanggalan keanggotaan didasarkan pada kenyataan adanya konflik antara kepentingan – kepentingan kelompok. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan dalam nilai dan pola – pola perilaku.
Kelompok Okupasional dan Volunter
Pada masyarakat seseorang mungkin saja melakukan berbagai pekerjaan sekalius. Artinya di dalam masyarakat tersebut belum ada spesialisasi yang tegas. Akan tetapi masyarakat tersebut pasti terpengaruh oleh dunia luar.
Kelompok Olupasional yang merupakan kelompok yang tersiri dari orang – orang yang melakukan pekerjaan sejenis. Kelompok – kelompok semacam ini kemudian sangat besar peranannya di dalam mengarah kepribadian seseorang ( terutama yang menjadi anggotanya ). Dengan demikian bekembannya masyarakat, pengkhususan dikembangkan secara ilmiah dan dipusatkan kepada lembaga – lembaga tertentu.
Salah satu akibat dari terpenuhnya kepentingan – kepentingan itu, baik yang bersifat material maupun spiritual, adalah munculnya kelompok – kelompok volunter. Kelompok volunter mencakup orang – orang yang mempunyai kepentingan sama, namun tidak mendapatkan perhatian masyarakat yang semakin luas daya jangkaunya tadi. Dengan demikian, maka kelompok – kelompok volunter akan dapat memenuhi kepentingan – kepentingan anggotanya secara individual, tanpa menggangu kepentingan masyarakat secara umum.
Kelompok – kelompok volunter itu mungkin dilandaskan pada kepentingan – kepentingan primer. Kepentingan primer harus dipenuhi, karena manusia harus dapat hidup wajar.
Rabu, 15 Oktober 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar